Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Klasifikasi Desa Dari Segi Tingkat Perkembangan dan Tingkat Pembangunannya

Ditinjau dari segi tingkat perkembangan dan tingkat pembangunannya desa di Indonesia, desa diklasifikasikan kedalam tingkatan pra desa, desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada.

Silahkan simak juga Strukture Masyarakat Indonesia

Pra Desa

Desa yang digolongkan ke dalam bentuk pra desa adalah wilayah setingkat desa yang penduduknya masih hidup sederhana, bermata pencaharian ladang yang berpindah-pindah, mendiami daerah pedalaman yang sangat luas, sehingga kehidupan penduduknya terasing dan sukar mendapat pengaruh dari luar.

Di Indonesia masih terdapat kelompok masyarakat suku bangsa yang belum mempunyai tempat tinggal yang tetap yang disebut desa, mereka hidup berpindah-pindah dan terutama dalam tingkat kehidupan sosial ekonomi masih sangat sederhana. Kelompok suku terasing, misalnya masyarakat Suku Sasak yang hidup di daerah pedalaman di perbatasan antara Jambi dan Palembang, masyarakat Suku Mentawai di daerah Sumatera Barat, suku-suku yang hidup di daerah pedalaman Kalimantan, Irian Jaya, dan di daerah lainnya di pedalaman pulau-pulau lainnya. Masyarakat suku terasing itu hidup berladang sehingga kegiatan untuk pembinaan desanya, sangat sulit untuk dilaksanakan secara berkesinambungan.

Usaha pemerintah dalam rangka membina masyarakat suku terasing itu antara lain melalui program pemukiman kembali (resettlement) yang merupakan tugas dan kewajiban khususnya Departemen Sosial atau Depsos.

Desa Swadaya

Apabila suatu masyarakat telah bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah yang disebut desa, serta telah mempunyai organisasi kehidupan yang berlandaskan ketentuan norma hukum, baik tertulis, maupun tidak tertulis, telah menunjukkan suatu pola dan tata cara kehidupan tertentu, serta telah masuk ke dalam wilayah administratif pemerintahan, maka desa tersebut diklasifikasikan ke dalam tingkatan desa swadaya.

Masyarakat warga desa swadaya telah memiliki kemauan dan hasrat untuk membangun. Prinsip kepentingan umum dan kehidupan gotong royong masih sangat menonjol. Walaupun masyarakat desa swadaya telah memiliki kemauan untuk membangun, akan tetapi karena prasarana serta sarana untuk membangun yang belum memadai, maka masyarakat seringkali dihadapkan kepada masalah dan hambatan yang sukar untuk mereka atasi sendiri.

Ciri desa swadaya adalah bahwa masyarakat warganya masih mengikuti pola tradisi secara turun temurun, sehingga desa swadaya dalam hal ini dapat dikatakan sebagai desa tradisional. Pada kehidupan masyarakat masih tampak dengan jelas adanya stratifikasi sosial, baik berdasarkan prinsip keturunan, maupun berdasarkan kekayaan, terutama berdasarkan pemilikan atas tanah. Dinamika sosial relatif masih rendah, kedudukan seseorang dinilai berdasarkan prinsip seperti tersebut diatas.

Kehidupan masyarakat warga desa swadaya masih banyak bergantung pada alam, sehingga tingkat produktivitas sangat rendah dan terbatas pada hasil produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan sehari-hari. Tingkat pengetahuan masyarakat dan keterampilan masih rendah. Tempat peribadatan dan balai desa masih sangat sederhana. Begitu pula administrasi desa belum teratur dan masih sederhana. Desa swadaya dapat dikatakan belum banyak mendapat pengaruh kehidupan kota, yang disebabkan karena arus komunikasi yang masih terbatas.

Desa Swakarya

Secara umum desa yang diklasifikasikan ke dalam desa swakarya sudah lebih baik pertumbuhannya daripada desa swadaya. Hasrat dan kemauan masyarakatnya untuk membangun sudah tinggi disertai dengan tersedianya prasarana dan sarana serta fasilitas yang cukup memadai. Perubahan akibat pembaharuan dalam kehidupan masyarakat sudah banyak terjadi. Perubahan cara berpikir masyarakat sudah mulai tampak sebagai akibat persaingan antara kondisi baru dengan kondisi lama. Mobilitas sosial juga sudah tinggi, baik frekuensinya, maupun jumlah anggota masyarakat yang melakukannya. Kerja, jasa, dan keterampilan seseorang mendapat penghargaan dari masyarakatnya.

Hubungan dengan pasar sudah dapat dilakukan, kendaraan bermotor sudah merupakan hal yang biasa. Walaupun mata pencaharian utama masih dalam bidang usaha pertanian, akan tetapi dalam kehidupan masyarakat telah tumbuh aktivitas berorientasi pasar. Teknik baru sudah banyak dan mulai diintroduksikan, sehingga produktivitas mulai meningkat dan mendorong untuk dipasarkan.
Perkreditan dan perdagangan sudah mulai berkembang, Komunikasi melalui pos, surat kabar, dan radio sudah mulai dikenal oleh masyarakat. Sarana transportasi sudah berkembang, sehingga komunikasi dengan kota sudah lancar. Demikian juga pengaruh kehidupan kota sudah lancar. Pengaruh kehidupan kota dan kehidupan modern sudah banyak masuk desa.

Desa Swasembada

Desa swasembada dapat dianggap sebagai desa yang sudah mulai take off atau tinggal landas. Masyarakat sudah mulai mampu memanfaatkan pembaharuan-pembaharuan. Kehidupan gotong royong telah benar-benar dimanifestasikan secara efektif di dalam usaha pembangunan.

Hubungan dengan pasar regional dan nasional, serta pusat perdagangan sudah lancar, demikian juga hubungan dengan kota sudah semakin intensif ditunjang kemudahan dan tersedianya sarana transportasi yang semakin berkembang.

Listrik sudah mulai banyak digunakan sebagai pembangkit tenaga dalam meningkatkan produksi, dan demikian juga fasilitas perkreditanpun sudah mulai baik. Kegiatan lainnya seperti perdagangan, perkreditan, bengkel, prosesing produksi, dan pabrik dapat dikatakan sudah sangat maju dan meningkat.

Perkembangan perekonomian desa telah mengarah kepada kegiatan ekonomi regional dan nasional serta hasil produksipun dimaksudkan untuk dipasarankan.

Desa swasembada minimal telah memiliki faktor strategi sebagai berikut:

  • Pemasaran hasil produksi mulai berkembang.
  • Teknologi selalu berubah dan berkembang
  • Penyediaan bahan baku dengan peralatan berkesinambungan.
  • Fasilitas kredit sudah efektif dan kecenderungan untuk pengumpulan permodalan.
  • Transportasi dan komunikasi sudah lancar.
  • Keterampilan masyarakat telah meningkat.
  • Administrasi desa serta lembaga-lembaga lainnya sudah teratur dan efektif.

Desa swasembada ini akan menuju ke tingkat perkembangan yang optimal. Kemungkinan dari desa swasembada akan menjelma menjadi kota kecil yang merupakan pusat perdagangan dan pusat berbagai fasilitas. Juga akan menjelma menjadi kota-kota kecil yang merupakan pusat perdagangan dan pusat berbagai fasilitas, serta akan membawa serta kemajuan-kemajuan bagi desa yang ada di sekitarnya. Apabila telah mencapai tingkatan yang optimal seperti yang diharapkan, maka desa swasembada kemungkinan meningkat kepada bentuk desa yang masyarakat dan warganya memiliki kehidupan sejahtera, adil dan makmur serta dinamis, yaitu Desa Pancasila.

Tingkatan kehidupan masyarakat dan kemajuan pembangunan menunjukkan perkembangan suatu desa, dan merupakan dasar dalam menentukan tingkatan desa di Indonesia. Masing-masing tingkat desa menunjukkan adanya perbedaan mengenai tingkat perkembangan pembangunan serta kemampuan masyarakat warganya masing-masing untuk menuju ke tingkat kehidupan yang lebih maju dan sejahtera.

Selanjutnya apabila ditinjau dari kehidupan sosial budaya, masyarakat Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu masyarakat yang cenderung masih berorientasi kepada pola kehidupan tradisional dan masyarakat yang berorientasi kepada pola kehidupan yang modern. Apabila dihubungkan dengan pola tempat tinggal seperti tersebut di atas, maka masyarakat dengan orientasi pola kehidupan tradisional merupakan masyarakat yang tinggal dan hidup di desa. Adapun masyarakat yang berorientasi pada kehidupan modern merupakan masyarakat yang tinggal dan hidup di kota.

Masyarakat desa dengan ciri kehidupan yang tradisional dan masyarakat kota dengan ciri kehidupan modern tidak menunjukkan perbedaan gradual (tingkatan), melainkan menunjukkan sifat dan ciri umum. Tidak juga dimaksudkan untuk memperlihatkan ciri individual orang desa dan orang kota, sebab kemungkinan didapatkan orang desa yang pola berpikir dan hidupnya sudah memperlihatkan pola berpikir modern, dan sebaliknya masih banyak orang kota yang baik dalam pola berpikir, maupun dalam kehidupannya menunjukkan ciri-ciri kehidupan tradisional.

Ciri umum yang dimaksudkan di atas bagi masyarakat desa maupun masyarakat kota tidaklah mutlak. Apalagi disadari bahwa kehidupan sosial budaya secara keseluruhan tidak bersifat statis, melainkan senantiasa berubah dan berkembang. Kehidupan kota sekarang ini telah banyak masuk dan mempunyai dampak terhadap kehidupan masyarakat desa.

Demikian tentang Klasifikasi Desa Dari Segi Tingkat Perkembangan dan Tingkat Pembangunannya, semoga bermanfaat.


Posting Komentar untuk "Klasifikasi Desa Dari Segi Tingkat Perkembangan dan Tingkat Pembangunannya"