Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Merancang Pementasan

Merancang pementasan adalah suatu kegiatan berupa rangkaian tindakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan langkah-langkah memahami secara konseptual, teknik dan prosedural untuk menghasilkan tujuan pementasan.

Pementasan teater secara umum, baik pementasan teater tradisional atau pun teater non tradisional (teater transisi, teater modern dan teater kontemporer) merupakan proses komunikasi atau peristiwa interaksi antara pementasan seni dengan penontonnya yang dibangun oleh suatu sistem pengelolaan, yakni manajemen pementasan.

Silahkan simak juga artikel berikut ini Tips Tips Penataan Ruang Pameran

Manajemen secara umum dapat dipahami sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan seorang pengelola seni dalam memberdayakan sumbersumber (potensi) yang ada berdasarkan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajamen dalam sebuah kegiatan menurut Terry (1980) dapat dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan mulai dari; perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan (POAC) guna mencapai tujuan kegiatan dengan efektif dan efisien. Tujuan yang dimaksud adalah mencapai tujuan pementasan seni teater.

Tujuan seni di dalam pengelolaan pementasan, termasuk di dalamnya pementasan teater adalah guna mencapai kualitas pementasan seni yang bermutu dan menjaga kesejahteraan beberapa awak pendukung pementasan di dalamnya. Dalam hal ini, kualitas pementasan seni ditanggungjawabi oleh seorang Manager Artistik, dikenal dengan istilah Sutradara.

Kesejahteraan bagi beberapa awak pendukung pentas dipercayakan kepada seorang yang mengetahui secara ilmu dan praktik dalam merancang pementasan yang ditanggungjawabi seorang Manager Produksi atau Pimpinan Produksi.

Bagaimana dengan teater tradisional?
Apakah kegiatan merancang dalam pementasan teater tradisional diperlukan?

Pada awal pembentukannya teater tradisional, baik teater rakyat atau pun teater istana sama-sama melakukan kegiatan perancangan dalam pementasannya. Perancangan terhadap pementasan seninya dilakukan secara cermat, bersifat komunal dan memiliki fungsi seni bagi masyarakat pemiliknya.

Artinya, teater tradisional awal kepemilikannya dan terbentuk seninya bersifat komunal masyarakat, tidak bersifat individual.

Dalam perkembangannya, setelah teater tradisional, bersifat kedaerahan terbentuk tidak lagi membutuhkan pengelolaan yang rumit dan baru, karena produk seni teater tradisional telah terwujud dengan aturan-aturan baku atau tetap dari hasil kesepakatan masyarakat secara turun temurun. Kedua jenis teater tradisional tersebut dengan fungsi dan latar belakang kepemilikan yang berbeda berdampak pada perbedaan hasil kualitas seninya.

Pementasan teater tradisional rakyat memiliki sifat kesederhanaan, karena dibentuk oleh masyarakat huma, pertanian dan pedesaan. Teater istana hadir mewakili masyarakat berlatar belakang istana dengan cita rasa seni yang tinggi dan rumit (adiluhung). Mengapa demikian? Karena, teater tradisional rakyat hadir untuk mengisi waktu dikala waktu senggang, selepas pulang kerja di sawah,
berburu, atau berlayar menangkap ikan di laut.

Dengan alat musik seadanya dan bahan yang ada bersumber lingkungan sekitar, dengan kebiasaan hidup yang sederhana dan penuh canda tawa dan adat istiadat yang menyertai siklus hidupnya.

Akhirnya, seni teater tradisional rakyat yang terbentuk dengan tata aturan pementasannya yang bersifat bersahaja, sederhana dan khas ke daerahan menjadi ciri masyarakat pemiliknya. Teater tradisional istana kehadirannya, karena dikerjakan oleh para empu (tokoh, bujangga) seni dengan maksud untuk meghadirkan kualitas seni yang bersifat agung, pencitraan sang penguasa (raja) dan cenderung selera seni yang tinggi dan rumit yang ditandai dengan unsur-unsur pembentuk seninya.

Pementasan teater tradisional yang telah terbentuk dan mewakili selera seni masyarakat pemiliknya dengan penggambaran hidup kebiasaan masyarakat, teruji oleh waktu dan bersifat turun temurun kepemilikannya dari generasi ke genrasi melalui sistem transmisi (pewarisan).

Dengan tidak menampikkan kegiatan merancang pementasan pada teater tradisional, terutama menggarisbawahi emergency (darurat) manakala terjadi kekosongan peran, baik pemain musik atau pemeran lakon dengan mengantisipasi kejadian sakit atau meninggal dunia. Hal ini, sangat diwaspadai oleh kelompok atau grup teater tradisional, terutama dalam mempertahankan ketradisiannya dengan baik dan memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat penanggapnya.

Untuk mengantisipasi terjadinya di luar kemampuan yang terjadi, kelompok teater tradisional, terutama teater rakyat, biasanya melakukan latihan pada pemain yang dirangkap oleh pemain musik atau pemain lakon.

Itupun, manakala tidak ada orang lain yang mampu membawakan peran yang kosong. Hal ini pun, hanya dilakukan latihan pada bagian adegan atau pemegang alat musik tertentu yang dianggap kosong atau kurang lengkap dalam membawakan lakon dalam pementasan sesuai permintaan (penanggap seni).

Lain halnya dengan pementasan teater istana yang sangat syarat mengusung estetika seni yang tinggi dengan aturan (pakem) yang baku karena dikerjakan oleh para empu dibidang seni. Kegiatan merancang pementasan teater tradisional istana diperlukan dan dipegang oleh beberapa pelaku melalui sistem tata kelola. Terutama dalam urusan mempersiapkan materi seni atau wilayah artistik.

Yakni, kegiatan merencanakan pementasan seni teater untuk mencapai kualitas seni yang adiluhung pada upacara-upacara terkait ceremonial istana yakni sebagai sarana pencitraan kebesaran raja dan atau para keluarga raja.

Pada kenyataan dan prosesnya dalam kegiatan merancang pementasan teater yang sifatnya tradisional dan non tradisional dalam pembelajarannya tetap harus dilakukan dengan menggunakan tata kelola dengan sistem manajemen produksi pementasan. Dengan latihan yang cukup dengan memakan waktu yang cukup, tidak jarang terjadi pergantian atau ke luar masuk para pemain.

Hal ini, akan dialami dan terjadi pada pembelajaran merancang pementasan seni teater, terutama bagi teman-teman kamu, kamu sendiri yang belum memiliki mental berkesenian. Oleh karenanya, apakah kegiatan merancang pementasan teater di sekolah perlu dilakukan seperti proses berkesenian di luar sekolah, yakni minimal tiga bulan? Jawabannya, bisa ya, atau bisa lebih dari pada tiga bulan dalam realisasinya.

Proses kegiatan merancang pementasan teater dapat dilakukan dengan cepat atau lambat dalam pelaksanaan. Hal ini, sangat bergantung pada kemauan dan keseriusan kamu dalam mengasah kemampuan kamu untuk belajar.

Peluang dan kesempatan yang memungkinkan bagi pembelajar dalam merancang pementasan teater sebagai unjuk kemampuan prestasi sekaligus membekali kamu untuk menambah pengalaman berkesenian lebih nyata dan objektif.

Kamu dapat mengikuti pembelajaran dengan fokus dua jenis kegiatan artistik dan non artistik dengan tahapan pengelolaan sebagai berikut: perencanaan, pengorganisasi, penggerakan dan pengawasan terhadap sumbersumber potensi dan tujuan pementasan teater yang telah kamu tetapkan agar
terselenggara dengan baik dan optimal.