Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Unsur Visual Dalam Seni Lukis

Nah kali ini MaoliOka ingin menerbitkan sebuah tulisan tentang seni lukis yaitu Unsur Visual Dalam Seni Lukis. Apa saja dan bagaimana silahkan simak di bawah ini.

Silahkan simak juga Aspek Konseptual Dalam Penciptaan Karya Seni Murni

a. Garis

Titik tunggal dalam ukuran kecil memiliki tenaga yang cukup untuk merangsang mata kita dan dapat berperan sebagai awalan. Apabila titik digerakkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut `garis’.

Garis dapat berupa goresan yang kita buat di atas sebuah bidang, tetapi garis dapat pula mewakili bekas roda, tiang bambu, kawat, pancaran cahaya, ruang antara dua bangunan atau dinding, jalan yang melintasi kota, sungai, kontur tanah yang berkelok-kelok, kontur pegunungan, bangunan, batas dinding dengan lantai, dan seterusnya.

Garis dapat memberikan kesan gerak, ide, atau simbol. Pada karya seni lukis garis dapat mengekspresikan suasana emosi tertentu, seperti perasaan bahagia, sedih, marah, teratur, kacau, bingung, dan lain sebagainya. Secara fisik garis dapat dibuat tebal, tipis, kasar, halus, lurus, lengkung, berombak, memanjang, pendek, putus-putus, patah-patah dan banyak lagi.

Unsur garis juga dapat membangun asosiasi kita kepada kesan tertentu, misalnya garis horisontal kesannya tenang, tidak bergerak, diam, dan lebar. Sementara garis vertikal kesannya agung, stabil, tinggi, sedangkan garis diagonal kesannya, jatuh, bergerak.

Garis adalah salah satu elemen yang penting dalam seni lukis. Pedoman seni yang penting dan ampuh sebagaimana juga yang terdapat dalam hidup, adalah makin nyata, tajam dan kuat garisnya, makin sempurna hasil seninya.

Garis dapat diciptakan melalui
1) kontur, garis paling luar dari benda yang dilukis;
2) batas pemisah antara dua warna atau cahaya terang dan gelap;
3) lekukan pada bidang melingkar atau memanjang lurus; dan
4) batas antara dua tekstur yang berlainan.

Dalam Kebudayaan Timur, para pelukis sangat terpesona oleh kekuatan garis, baik di Cina, Jepang, India, maupun Indonesia. Guna memahami kekuatan garis dalam seni lukis, pengkritik seni rupa Sudarmaji mengatakan: “Lukisan Cina klasik yang bersifat grafis memberikan kesan puitis, lembut, penuh irama yang terkendali, serta menimbulkan efek perasaan tenteram. Sebaliknya pelukis Vincent van Gogh yang menggunakan garis pendek, patah-patah menimbulkan efek yang keras tegar. Ada kesan ledakan dan pemberontakan.

Jika garis begitu ditunjang juga oleh warna keras menyala, sempurnalah kesan kekerasan dan pemberontakan itu. Di dunia Barat, Henry Matisse, Pablo Picasso, Paul Klee, Roul Dufi sebagian dari tokoh yang kuat dalam garis. Jika garis digoreskan dengan jujur mengikut kata batin, akan ditemukan identifikasi seseorang. la menjadi personal. Dengan garis dapat lahir bentuk, tapi juga bisa mengesankan tekstur, nada dan nuansa, ruang dan volume yang kesemuanya melahirkan suatu perwatakan.”

Dari penjelasan di atas kiranya dapat dimengerti, bahwa unsur garis dalam seni lukis dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. Teknik penguasaan dan pengendalian garis dalam seni lukis memang memerlukan latihan yang intensif, tanpa latihan yang kontinue maka bakat tidak akan berkembang optimal.

b. Warna

Secara fisika warna ditimbulkan oleh sinar matahari. Apabila kita sorotkan sinar matahari ke sebuah kaca prisma, maka sinar tersebut akan terurai menjadi beberapa sinar warna yang disebut spektrum warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan gelombang yang kemudian sampai pada mata kita, sehingga kita dapat melihat warna tertentu.

Pada alam terdapat dua jenis penerima cahaya, yakni sebagai pemantul dan sebagai penyerap cahaya. Secara fisiologi stimulasi cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga merangsang mekanisme mata kita. Kemudian, rangsangan tersebut disalurkan melalui syaraf optik ke otak, sehingga kita dapat mengenali warna itu. Secara psikologis telah terbukti bahwa warna dapat memengaruhi kegiatan fisik maupun mental kita.

Reaksi kita terhadap warna bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya sensitivitas setiap orang juga berbeda.

Pada berbagai aliran seni lukis dalam sejarah seni rupa telah dikenal manifestasi tatawarna tertentu, seperti skema warna klasik, skema warna Rembrandt, dan lain sebagainya. Peran warna dalam kegiatan seni lukis sangat esensial, baik pada masa pramodern, masa modern, maupun masa posmodern. Pada umumnya para pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak, tegangan, deskripsi rupa alam, naturalis, ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik.

Guna memahami lebih komprehensif peran warna dalam seni lukis, berikut ini akan disajikan sifat optis warna, notasi warna, warna objek, dan pigmen, yang semuanya sangat menentukan kualitas penciptaan sebuah lukisan.


c. Sifat Warna

Dalam teori warna dikenal ada tiga sifat optis, optical property, yaitu: hue, value, dan saturation. Hue adalah tingkat kepekatan warna, misalnya merah, oranye, atau hijau, biru, biru keunguan dan seterusnya. Value adalah fenomena kecemerlangan dan kesuraman warna.

Nilai rendah adalah warna yang cenderung suram atau kegelapan, sementara nilai tinggi adalah kecenderungan warna yang terang dan cemerlang. Misalnya, gejala demikian dapat kita lihat pada skala gradasi warna abu-abu dari hitam ke putih. Saturation adalah intensitas nada warna untuk menunjukkan warna-warna menyala, dan warna-warna yang suram.

Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin tidakmurni  penggunaan warna semakin rendah intensitasnya.

Pada tahun 1940-an seni lukis Affandi dominan menggunakan warna-warna suram atau kusam, kemudian lukisannya berkembang ke penggunaan warna-warna yang cerah.

d. Notasi Warna

Notasi warna (color notation) adalah sistem klasifikasi atau identifikasi warna menurut sifat
optisnya. Dalam konteks ini dikenal Sistem Munsell, Sistem Ostwald, Sistem Plochere, dan Sistem Maxwell. Tatanan warna dalam the hues of the spectrum terdapat pada warna pelangi di alam.

Sedangkan, dalam lingkaran warna (color circle) dapat dilihat warna primer, merah, biru, dan kuning. Warna sekunder yaitu hijau, ungu, dan oranye. Ketiganya merupakan hasil pencampuran warna primer. Warna komplementer letaknya bertolak belakang pada lingkaran warna, misalnya, merah dengan hijau, biru dengan oranye, dan kuning dengan ungu. Terang dan gelap diungkapkan dengan warna putih dan hitam. Sedangkan warna netral adalah warna abuabu.

Bila hue adalah nama suatu warna, value kecerahan dan kecemerlangan warna, maka chroma adalah sifat kualitas, intensitas, dan kejernihan warna.

e. Warna-Warna Antara

Setelah warna primer, warna sekunder, dan warna komplementer, dikenal pula warnawarna antara, (intermediate color), seperti merah oranye, merah ungu, biru ungu, hijau biru, kuning hijau, dan oranye kuning. Sebenarnya dalam teori warna, jumlah warna ada delapan puluh warna.

f. Warna Hangat dan Warna Sejuk

Dari lingkaran warna dapat pula ditentukan warna hangat-panas (the warm color) dan warna sejuk-dingin (the cool color). Warna yang memberi efek kehangatan adalah merah, oranye dan kuning, sementara warna hijau dan biru memberikan efek yang menyejukkan.

Pengertian ini, kita terjemahkan dari pengalaman keseharian, pada saat kita mendekati warna api yang merah, kita tentu merasa kehangatan, atau jika terlalu dekat bisa kepanasan. Sementara bila kita berada di daerah pegunungan yang hijau atau gunung yang kebiruan kita merasakan iklim yang sejuk. Asosiasi kita mengenai pengalaman real seperti itu menyebabkan kita mengartikan sifat warna menjadi hangat-panas bagi warna merah, oranye dan kuning, sementara warna hijau dan biru memberikan efek menyejukkan atau dingin.

g. Warna Kromatik dan Akromatik

Warna kromatik (chromatic color), terdiri dari warna hitam, putih, dan abu-abu, selebihnya termasuk warna akromatik (achromatic color), seperti merah, biru, kuning, hijau, oranye dan seterusnya. Dalam seni lukis penggunaan warna tunggal sering diartikan sebagai warna kromatik, sementara penggunaan warna yang meriah, menggunakan banyak warna, disebut polychromatic.

h. Warna Objek dan Warna Pigmen

Warna objek adalah warna yang terkena sinar warna spektrum, yang mengenai mekanisme mata pengamat. Warna spektrum tersebut memiliki panjang gelombang tertentu yang dipantulkan oleh objek pengamatan. Jika objeknya biru, maka warna spektrum biru panjang gelombang birulah yang diserap mata pengamat. Ini berarti pantulan warna tersebut adalah pantulan warna biru, sedangkan sisanya diserap oleh permukaan objek tersebut.


Warna pigment atau coloring material berupa bubuk halus yang disatukan dengan zat pengikat atau paint vehicle merupakan warna cat yang dikenal luas, seperti cat air, cat poster, cat gouache, cat tempera, cat minyak, cat akrilik, dan lain sebagainya.

Demikian tentang  Unsur Visual Dalam Seni Lukis yang bisa MaoliOka bagikan, semoga bermanfaat.