Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Musik Barat Beserta Budaya yang Mempengaruhinya

Sejarah Musik Barat Beserta Budaya yang Mempengaruhinya - Maolioka. Boleh dikatakan, usia musik hampir sama dengan usia keberadaan manusia. Hal ini dapat dianalogikan dengan bayi yang baru lahir pun dapat menikmati musik. Tentu musik pada awal keberadaan manusia, jauh berbeda tingkat kecanggihannya dengan musik masa kini.

Meskipun demikian, sesederhana apa pun, pada prinsipnya musik itu sama, yakni hal-hal yang berhubungan dengan melodi, ritme, dan harmoni. Namun, keberadaan musik purba yang tidak dapat dilacak bekasnya juga tidak gampang dijadikan sebagai bahan penulisan sejarah karena penulisan sejarah memerlukan bukti-bukti historis yang meyakinkan secara ilmiah.

Menyadari hal itu, para sejarawan musik cenderung memulai karyanya dengan menyajikan fakta-fakta sejarah yang memiliki data-data yang cukup. Dalam hal ini, menurut Dieter Mack
dan Roderick J Mc Neil (2002) sejarah musik barat dapat disajikan dengan periodisasi sebagai berikut.

1. Musik Zaman Yunani Kuno (mulai tahun 1100 SM)

Meskipun dalam sejarah Yunani takluk kepada Kesaisaran Roma, tetapi kekuatan kebudayaannya masih tetap eksis. Hal ini terbukti dari tetap digunakannya Bahasa Yunani sebagai bahasa pengantar di wilayah Laut Tengah sampai abad ke-2. Para filosof, teolog, sastrawan, arsitek, dan pemusik sering menoleh ke masa Yunani kuno untuk mencari inspirasi bagi karya-karyanya.

Masa keemasan kebudayaan Yunani Kuno terjadi pada tahun 546 – 323 SM. Pada waktu itu filsafat, kesusastraan, seni patung, arsitektur, drama, sains, dan musik berkembang sangat pesat. Menurut mitos Yunani Kuno, musik dianggap sebagai ciptaan dewa-dewi atau setengah dewa, seperti Appolo, Amphion, dan Orpheus.

Mereka menganggap bahwa musik memiliki kekuasaa ajaib yang dapat menyempurnakan tubuh dan jiwa manusia serta membut mukjizat dalam dunia alamiah. Oleh karena itu, musik tidak dapat dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan.

Dikenal 9 Dewi Musik, yaitu seperti pada tabel di bawah ini


Musik lyra (alat musik petik sejenis harpa kecil) dan kithara (alat musik petik berdawai lima sampai tujuh) terkait erat dengan keberadaan aliran agama Apollo. Sedangkan aulos (sejenis alat musik tiup terbuat dari kayu yang terdiri dari dua batang yang memiliki lubang jari) berkaitan dengan aliran Dionysus. Lyra dan kithara biasa digunakan untuk mengiringi puisi epik (sejenis Illiad, ciptaan Homer dari abad ke-8 SM) dan juga sebagai alat musik solo.

Aulos biasa dipakai untuk mengiringi sajian dithyramb (suatau jenis puisi yang khusus diperdengarkan dalam ibadah Dionysus). Aulos juga dipakai untuk mengiringi sekelompok paduan suara dan musik bagian-bagian lain yang dibutuhkan dalam drama-drama agung ciptaan Sophocles dan Euripides. Bukti-bukti keberadaan alat musik lyra dan aulos dalam kebudayaan Yunani Kuno dapat dilihat dari ditemukannya gambar-gambar alat musik itu dalam periuk-periuk keramik kuno yang masih dipertahankan hingga masa kini.

Lyra dan aulos juga dimainkan secara solo dalam acara-acara pekan olahraga. Ada catatan tentang permainan aulos oleh Sakadas pada Pekan Olahraga di Pythia pada tahun 596 SM. Ia memainkan sebuah lagu yang menceritakan pertempuran antara Apollo dengan naga. Lagu ini merupaka deskripsi musik pertama yang terdapat dalam sejarah musik.

Selanjutnya, perlombaan permainan aulos dan kithara dalam pekan musik instrumental dan vokal menjadi semakin populer setelah abad ke-5 SM. Hal ini menyebabkan lahirnya virtuoso-virtuoso (orang yang luar biasa mahir dalam memainkan alat musik dan membawakan lagu). Penggarapan musik dan lagu pun otomatis semakin kompleks dan rumit. Dalam kaitannya dengan pendidikan musik, kompleksitas dan kerumitan yang menjadi kecenderungan para virtuoso ini kemudian dikritik oleh filosof kenamaan, yaitu Aristoles (sekitar abad ke-4 SM).

Setelah kejayaan masa Yunani Kuno, mulailah muncul reaksi terhadap kompleksitas teknik dalam musik, baik secara teoretis maupun secara praktis. Reaksi penyederhanaan atas kompleksitas musik Yunani Kuno dilakukan sejak awal zaman Kristen.

Contoh-contoh notasi musik zaman Yunani Kuno memang tidak banyak. Namun ada yang masih hingga masa kini, yaitu:

1. dua lagu pujian kepada Apollo (sekitar tahun 150 SM),
2. sebuah lagu untuk acara minum (sekitar tahun 150 SM), dan
3. tiga lagu dari Mesomede, Kreta, (sekitar abad ke-2 M).

Dari lagu-lagu yang ditemukan dapat diketahui bahwa musik Yunani Kuno umumnya
memiliki sifat:
1. monofonis (satu suara) dengan heterofoni pada waktu alat-alat musik mengikuti suara.
2. Sudah dipraktikkannya improvisasi, namun diatur melalui konvensi-konvensi bentuk dan gaya dengan pola melodi yang mendasar.
3. Musik dan teks berhubungan sangat erat serta melodi dan irama, teks dalam hal ini puisi, sangat menentukan cara penyusunannya dalam musik.

Meskipun demikian, dalam hal teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental. Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini. Ukuran interval-interval musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan hingga kini.

Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat populer di kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan. Ide-ide teori musik Yunani Kuno yang lahir dari para filosof di antaranya:

1. Harmonics (risalah teori musik tertua) yang menguraikan tetrakord (kumpulan empat nada berjarak satu kuart) karya Aristoxemus (tahun 330 SM) teori ini kemudian disederhanakan oleh Ptolomeus, ahli atematika abad ke-2 M.

2. Ethos, teori tentang efek musik terhadap moral, karya Plato (tahun 427-347 SM) dan Aristoteles (tahun 384-322 SM). Dalam teori ini mereka menyatakan bahwa musik dapat berpengaruh terhadap emosi pendengarnya. Musik yang baik akan berpengaruh baik terhadap moral pendengarnya, musik yang buruk juga akan berpengaruh buruk kepada pendengarnya.

Dalam periode Yunani Kuno muncul dua aliran musik, yaitu musik untuk ibadah Dionysius dan musik untuk persembahan dewa Apollo. Musik aliran Dionysian berkecenderungan membangkitkan semangat, kegemparan, dan sfat-sifat lain yang kurang baik. Sedangkan musik Apollonian berkecenderungan menimbulkan ketenangan dan dorongan spiritual. Berdasarkan kecenderungan ini musik aliran Klasik disebut Apollonian dan aliran Romantik disebut Dionysian.

Meskipun demikian, dalam hal teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental. Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini. Ukuran interval-interval musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan hingga kini.

Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat populer di kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan. Tangga nada diatonis asli dari Yunani disebut tangga nada doris, yaitu sebagai berikut.

Tokoh-tokoh seni musik yang dikenal pada zaman Yunani Kuno adalah Plato (427 – 247 SM), Aristoteles (384 – 322 SM), Aristexemos (350 – 300 SM).

2. Musik Zaman Romawi (mulai tahun 753 SM)

Kekuasan kekaisaran Roma sangat luas dan kuat sehingga stabilitasnya mampu membantu perkembangan kesenian. Alat-alat musik yang diciptakan dan dikembangkan oleh pemusik Roma pun semakin banyak dan bervariasi.

Alat-alat musik yang lahir pada masa Romawi di antaranya:
- Beberapa jenis musik tiup dari logam seperti trompet dan horn.
- Sejenis organ hidrolis dengan papan tuts yang memanfaatkan tekanan air sebagai peniupnya.

Alat-alat musik ini dipakai dalam teater-teater terbuka untuk mengiringi pertarungan para gladiator. Popularitas musik pada zaman Romawi Kuno ini semakin meningkat karena Kaisar Nero pun dikenal sebagai pemusik andal.

3. Musik Abad Pertengahan (500-1350 M)

Abad pertengahan diawali dengan runtuhnya kekaisaran Romawi. Pada awalnya musik abad pertengahan masih bersifat monofonik. Monofonik berasal dari kata Yunani monos, berarti tunggal, dan phooneoo berarti berbunyi. Monofonik berarti jenis musik yang hanya terdiri dari satu suara saja tanpa iringan apa pun.

Seni musik abad pertengahan juga didonminasi oleh musik gereja yang bersumber pada seni musik Yahudi dalam hal ini adalah madah (nyanyian yang bersumber dari ayat-ayat suci). Seni musik pada masa ini didominasi oleh musik gereja. Pada masa ini seni musik monofonik mencapai puncak kesempurnaan artistik, terutama pada masa Paus Gregorius Agung (540-604).

Oleh sebab itu, musik pada Abad Pertengahan juga disebut musik Gregorian. Pada masa ini teori musik juga berkembang. Guido de Arezzo, teoritikus musik asal Itali pada tahun 1050 menciptakan metode menghafal nada. Ia berpangkal pada tangga nada hexachord, yaitu deretan 6 nada dengan interval ½ di tengah.

Guido de Arezo memberi nama nada-nada yang sekarang dikenal sebagai solmisasi berdasarkan Himne Yohanes. Ia mengambil suku awal lirik lagu tersebut untuk memberi nama nada. Berikut adalah lagunya:
Nama nada diambil dari suku kata yang dilingkari pada lagu di atas.
Pada abad pertengahan juga mulai dibedakan antara birama dan irama. Birama adalah sistem tekanan yang tetap, sedangkan irama adalah sistem gerak melodis yang penuh kehidupan, dinamika, dan variasi. Bentuk-bentuk nyanyian pada masa ini, terutama nyanyian-nyanyian untuk gereja umumnya bersifat resitatif.

Atas jasa para penyanyi keliling troubadour (Prancis = menemukan), trouvere (Prancis = menemukan/mengarang syair dan melodi), dan minesanger (Jerman = penyanyi lagu asmara) musik profan (keduniawian) mulailah berkembang lagu-lagu kepahlawanan, percintaan, dan lagu-lagu untuk menyemarakkan pesta. Selain menyanyikan lagu, mereka juga menciptakan komposisi, dan menampilkan karyanya dengan diiringi pertunjukan akrobatik. Namun dalam tradisi ini pun musik masih bersifat monofonik.

Jenis-jenis dan bentuk lagu pada masa itu di antaranya.

Diketahui ada 450 troubadour pada masa itu yang menghasilkan 2.500 syair dan kira - kira
300 lagu. Troubadour yang sangat terkenal di antaranya adalah:

Tidak ditemukan naskah berisi contoh-contoh lagu instrumental sampai sekitar tahun 1300. Namun lukisan dan banyak gambar dari naskah-naskah Al Kitab dari zaman itu dan gambargambar di jendela-jendela gereja memperlihatkan beberapa jenis alat musik yang dimainkan.

Alat-alat musik itu di antaranya harpa, vielle, organistrum, kecapi, lut, suling, shawm, dan organ. Dengan adanya bukti-bukti alat musik itu berarti musik polifoni (musik beberapa suara, termasuk lagu dengan iringan alat musik) sudah mulai dikenal.

Pada abad pertengahan ini juga mulai diperkenalkan sistem notasi musik mensural, yakni notasi nada yang memperhitungkan panjang nada sesuai dengan proporsi. Notasi mensural inilah yang kemudian
menjadi dasar notasi balok seperti yang kita kenal sekarang. Notasi mensural dipakai sampai tahun 1600 dan kemudian diganti dengan notasi modern (not balok) dengan garis birama.

Seiring dengan perkembangan musik polifoni berkembang pula jenisjenis penyajian musik. Terdapat penyajian musik secara kolosal, yaitu

  • Discantus : Penyajian lagu dengan 1 sampai 3 suara dengan iringan instrumen.
  • Motet : Nyanyian bersama-sama yang menyajikan berbagai macam naskah.
  • Kanon : Hampir sama dengan motet, tetapi terdapat dua kelompok yang berlainan saat menyanyikan.
  • Madrigal : Penyajian nyanyian secara bersama-sama dengan 4 sampai 5 macam suara yang sekarang dikenal dengan paduan suara.
  • Balatta : Penyajian nyanyian dengan 2 atau 3 suara dengan berbagai variasi.

 

4. Musik Zaman Renaisans (1350-1600)

Kata renaisans berasal dari Bahasa Prancis renaissance yang berarti “lahir baru” menemukan kembali jati diri manusia. Artinya, manusia dengan akal budi dan dan aspirasi, cipta, karya, karsanya berhak untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan individunya. Inilah awal aliran humanisme.

Sebelum zaman renaisans, teologi terlalu mendapat perhatian yang dominan sehingga segala hal berkaitan dengan akal budi manusia harus dikembalikan kepada ketuhanan.

Sebagai sebuah sejarah, zaman renaisans merupakan masa peralihan dari abad pertengahan ke abad modern di Eropa yang ditandai oleh perhatian kembali kepada karya seni klasik, berkembangnya seni baru, dan tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.

Tahap awal perkembangan gerakan renaisans dalam kesenian dan kesusastraan terasa di Italia, kemudian menyebar ke Eropa Utara. Di Italia muncul tokoh-tokoh seni dan sastra, antara lain Botticelli, Leonardo da Vinci, Raphael, Michelangelo, Cellini, Ariosto, dan Machiavelli.

Peristiwa-peristiwa bersejarah selama masa renaisans di antaranya:
- Penemuan percetakan sekitar tahun 1450 oleh Johann Gutenberg yang mengakibatkan suatu revolusi dalam penyebaran informasi dan ide-ide di seluruh Eropa.
- Runtuhnya kota Contantinople atau Buzantium karena serangan Turki pada tahun 1453. Banyak sarjana yang melarikan diri ke Italia kemudian mengembangkan bahasa Yunani Kuno, kesenian, dan filsafat Yunani Kuno.
- Reformasi Protestan yang dipelopori Martin Luther King pada tahun 1517 yang mulai memasukkan
musik polifonik untuk ibadah di gereja.

Musik banyak dikembangkan selama masa renaisans. Oleh karena itu, lebih banyak musik diciptakan dan diperdengarkan daripada masa-masa sebelumnya. Dua faktor terpenting dalam perkembangan ini adalah pencetakan musik polifonik yang mulai ada pada tahun 1501 dan dukungan bangsawan yang berpendidikan dan membutuhkan hiburan berkualitas tinggi.

Selain itu, risalah-risalah tentang bagaimana memainkan berbagai jenis alat musik mulai diterbitkan sehingga jumlah pemusik amatir meningkat dengan pesat. Sebagai buah perkembangan ini, instrumen musik yang dulunya hanya digunakan sebagai pengiring lagu, mulai dibuat komposisinya.

Instrumen orgel mendapat perhatian di Italia dan Jerman, sedangkan Inggris lebih memperhatikan instrumen pendahulu piano, yaitu virginal.

Dengan perhatian terhadap seni musik yang demikian, musik duniawi semakin berkembang dan musik gerejawi otomatis merosot. Namun, pendukung musik terbesar dan terpenting tetap gereja. Pada masa ini juga muncul pertama kali ide tentang komponis agung dengan para pemusik dan komponis dari Belanda dan Prancis Timur seperti Dufay, Johannes Ockeghem (1410-1497), Josquin Desprez (1440-1521), Henricus Issac ( 1450-1517) dan jacob Obrecht (1450-1505) yang mendapat prstasi internasional.

Mereka mendominasi gaya musik Eropa waktu itu sehingga awal masa renaisans juga disebut sebagai masa aliran musik Netherlands. Norma-norma musik mereka kemudian menjadi aliran utama dalam musik polifonik selama abad ke-16. Tradisi mereka dilanjutkan oleh Nicolas Gombert (1495-1556), Jacobus Clemens (1510-1557), Adrian Willaert (1490-1562), dan Orlande de Lassus (15532-1594) juga komponis-komponis Italia seperti Giovanni Pierluigi da Palestrina (1525-1580-an). Palestrina mendapat penghargaan sebagai komponis yang paling agung di seluruh dunia. Namanya mewakili semua jenis musik abad ke-16 yang mengikuti gaya polifonik imitatif.

Bentuk musik sakral yang terpenting selama masa renaisans adalah misa dan motet. Dalam musik duniawi beberapa jenis musik baru dalam bahasa nasional muncul di berbagai negara, misalnya frottola dan madrigal di Italia, part-song dan mudrigal di Inggris, chanson di Prancis.

Pada masa ini juga mulai dikenal teknik komposisi SATB yang menjadi patokan standar paduan suara hingga kini. S (sopran) berfungsi sebagai suara pokok, A (alto) berfungsi sebagai pelengkap harmonis, T (tenor) berfungsi sebagai cantus primusnya, dan B (bas) sebagai dasar harmoni.

Perkembangan baru dalam musik selama masa renaisans adalah perkembangan musik instrumental, baik solo maupun ansambel. Dengan demikian, musik dibebaskan dari ikatan kata-kata. Musik mulai berfungsi sebagai bunyi sempurna dengan suatu arti tersendiri.

Alat-alat musik terkenal dan berkembang dengan pesat pada zaman renaisans adalah:
Ada enam variasi bentuk lagu-lagu instrumental pada masa renaisans, yaitu:
a. Musik vokal yang dimainkan dengan alat musik.
b. Ansambel berdasarkan melodi-melodi yang sudah ada.
c. Bentuk variasi dengan penambahan nada-nada hias untuk mengiringi tarian.
d. Bentuk ricercar, fantasia, dan chanzona yaitu komposisi berdasarkan tema dan variasi, bukan berdasarkan irama tarian. Ketiga bentuk ini biasanya berupa ansambel.
e. Toccata dan Prelude, karya bentuk bebas yang memakai banyak figurasi.
f. Musik tarian, yaitu musik untuk iringan tari

Halaman selanjutnya Sejarah Musik Zaman Barok (1600-1750)