Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ciri-ciri Masyarakat Desa

Setelah sebelumnya menuliskan tentang Klasifikasi Desa Dari Segi Tingkat Perkembangan dan Tingkat Pembangunannya dan Struktur Masyarakat Indonesia tidak lengkap rasanya jika tidak dilengkapi dengan menuliskan tentang Ciri-ciri Masyarakat Desa.
Nah berikut ini adalah gambaran singkat tentang Ciri-ciri Masyarakat Desa.

Ciri Masyarakat Desa

Secara umum ciri masyarakat desa adalah kehidupannya yang tradisional. Adapun rincian dari ciri umum yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

a) Sangat erat hubungan atau ikatan masyarakat desa dengan tanah

Tanah merupakan sumber kehidupan pokok bagi masyarakat desa, sehingga bagaimanapun sempitnya tanah dan rendahnya tingkat kesuburan tanah tersebut, pemiliknya akan berusaha mempertahankan dan mempertaruhkan segala-galanya untuk tetap memilikinya, serta secara terus menerus untuk mengolah dan mengusahakannya. Kedudukan sosial setiap warga desa sedikit banyaknya masih ditentukan berdasarkan luas tidaknya pemilikan atas tanah.

Selain menyangkut keseluruhan kehidupan pemilik tanah dan keluarganya, juga tanah menyangkut kehidupan keluarga lainnya dalam kehidupan masyarakat desa. Hal ini karena masalah tanah dapat dikatakan merupakan masalah “kemanusiaan” atau masalah sosial bagi masyarakat desa.

Tanah bagi masyarakat desa memiliki nilai-nilai, bukan saja nilai ekonomis, melainkan juga nilai sosial budaya yang tinggi, serta nilai spiritual.

b) Sikap hidup dan tingkah laku yang magis religius

Pada umumnya masyarakat desa belum mengenal atau memiliki teknologi modern, sehingga mereka tidak mudah menyelesaikan masalah yang timbul di dalam kehidupan sehari-hari dengan cara teknis eksperimental, melainkan masalah tersebut dihadapinya secara magis religius. Masyarakat percaya bahwa alam semesta itu selain memberikan dan menyediakan segala sesuatu untuk kehidupan, juga berpengaruh terhadap kehidupan, dan terhadap nasib manusia.

Masyarakat bersikap rendah hati terhadap alam semesta, dan memohon kepada alam semesta agar dapat membentuk keberhasilan usaha manusia di dalam keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Di samping itu masyarakat seringkali menggunakan kekuatan yang ada pada dirinya untuk memaksa alam memberikan apa yang dikehendakinya, misalnya dengan kekuatan mantra, kekuatan magis, serta tindakan ritual lainnya. Upacara-upacara yang sering dilakukan bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kesuburan, menambah, mendapatkan, dan meningkatkan hasil, mengendalikan hama penyakit tanaman, merupakan manifestasi dari kehidupan magis religius dalam kehidupan masyarakat desa.

c) Kehidupan gotong royong

Baik untuk mengatasi tantangan alam seperti tersebut di atas, maupun untuk melengkapi dan memenuhi kebutuhan perseorangan dan masyarakat, biasanya diadakan tukar menukar tenaga dan jasa, atau diadakan pelaksanaan pekerjaan secara bersama-sama. Adanya tatakerja yang demikian ini biasa disebut dengan gotong royong, terjadilah kebergantungan satu sama lain. Saling kebergantungan dalam kehidupan masyarakat desa itu melahirkan disiplin sosial yang kuat yang biasanya dirumuskan dalam bentuk tradisi, adat kebiasaan, adat istiadat yang sangat dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Pelanggaran terhadap kehidupan yang telah terpolakan itu, bukan saja akan berakibat buruk bagi si pelanggar, melainkan juga akan berakibat buruk terhadap seluruh anggota masyarakat.

d) Memegang tradisi dengan kuat

Tradisi sebagai milik masyarakat dan dianggap sebagai warisan nenek moyang harus dipelihara, dipertahankan, dan lebih-lebih harus dilaksanakan. Tradisi ini juga merupakan norma masyarakat yang harus dijunjung tinggi, dan dijadikan pedoman hidup baik oleh individu warga masyarakat, maupun oleh masyarakat secara keseluruhan.

Setiap pelanggaran dianggap akan membawa akibat yang dapat merugikan bagi seluruh kehidupan masyarakat, baik menyangkut bidang materiil, maupun bidang spiritual yang dapat berpengaruh terhadap keseluruhan kehidupan sosial masyarakat.

e) Menghormati para pini sepuh

Kedudukan orang tua dan para pini sepuh dalam masyarakat desa sangatlah penting. Setiap pendapat dan keputusannya dihormati dan dilaksanakan. Kepentingan anggota masyarakat perseorangan maupun kepentingan yang menyangkut kehidupan seluruh masyarakat. Para orang tua atau para pini sepuh senantiasa dimintai saran dan pendapatnya, maka para pini sepuh merupakan tempat bertanya sebelum melaksanakan pekerjaan penting yang berkaitan dengan kepentingan anggota masyarakat, maupun kepentingan yang berhubungan dengan seluruh kehidupan masyarakat.

f) Kepercayaan kepada pimpinan lokal dan tradisional

Selain menghormati para pini sepuh, masyarakat desa meletakkan kepercayaan yang sangat besar kepada pimpinan, baik dalam bidang pemerintahan, maupun dalam bidang keagamaan dan kehidupan sehari-hari. Pola kepemimpinan masyarakat desa yang bersifat kekeluargaan, menyebabkan masyarakat mengetahui dengan pasti sifat-sifat pimpinan. Sorotannya diletakkan bukan pada kecakapannya saja, melainkan lebih dititikberatkan kepada pertimbangan apakah pimpinan tersebut dapat memberikan bimbingan dan membawa masyarakat ke arah keseimbangan hidup materiil dan spiritual, juga apakah pimpinan tersebut dapat dipecaya untuk membantu masyarakat dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan hidup bersama. Kepercayaan masyarakat desa kepada pimpinan sedemikian besarnya, sehingga baik buruknya kehidupan masyarakat bergantung pada pimpinan.

g) Organisasi kemasyarakatan yang relatif statis

Kepercayaan masyarakat desa terhadap pimpinan sangatlah besar, sehingga segala keputusan pimpinan dilaksanakan dengan penuh kepatuhan. Begitu pula kemajuan dari masyarakat desa lebih banyak bergantung pada pribadi pimpinan. Pengawasan sosial terhadap pimpinan hampir tidak pernah dilaksanakan. Segala sesuatu didasarkan atas pertimbangan emosional yang tidak rasional, yaitu kepercayaan. Pandangan masyarakat yang demikian itu mempunyai dampak terhadap organisasi kemasyarakatan dan terhadap cara penyelesaian seluruh segi kehidupan yang menyebabkan tidak mendorong ke arah kemajuan. Masyarakat menerima dengan penuh kepercayaan, emosional dan subyektif, sehingga masyarakat bersifat pasif, tidak ada inisiatif. Hal ini menyebabkan organisasi kemasyarakatan akan mengalami kemajuan yang sangat lambat, bahkan mungkin tetap statis.

h) Tingginya nilai sosial

Pada masyarakat desa, kepentingan bersama lebih didahulukan daripada kepentingan individu. Anggapan yang tinggi terhadap nilai gotong royong, serta kepercayaan yang besar terhadap unsur pimpinan, menyebabkan hubungan yang bersifat intim dan kekeluargaan. Hal ini menyebabkan hidupnya anggapan dan penilaian yang tinggi terhadap tradisi yang sudah berakar dalam kehidupan dan sudah menjadi pedoman hidup masyarakat yang terpolakan, perlu dipelihara, dipertahankan, dan dilaksanakan.
Melaksanakan tradisi dalam kehidupan sehari-hari, berarti masyarakat telah bersikap dan bertindak menghormati nenek moyang yang telah mewariskan nilai-nilai sosial budaya yang mampu mengatur tatanan kehidupan masyarakat, dengan demikian nilai sosial budaya yang telah terpolakan itu mempunyai nilai luhur dalam pandangan masyarakat desa, karena di dalamnya terkandung segala sesuatu yang paling berguna dalam hidup.

Demikian tentang Ciri-ciri Masyarakat Desa semoga bermanfaat.


Posting Komentar untuk "Ciri-ciri Masyarakat Desa"